Jumat, 26 September 2008

Masyarakat Berketahahan, Seperti Apa?

Aku baru saja baca bukunya John Twigg, Resillience Community, atau masyarakat yang berketahanan terhadap risiko bencana. Twigg, dengan gaya metodis-nya menuturkan ciri-ciri masyarakat yang memiliki ketahanan adalah masyarakat yang begini, begitu, beginu, dst, dst Semua-muanya dalam konteks yang ideal. Indikator-indikator ketahanan yang digagas Twigg seperti gambaran masyarakat di sebuah sudut di surga. Semuanya sudah paham dan mau terlibat dalam pengelolaan risiko bencana kolektif. Betul. Terlalu ideal dan belum tentu nyambung dengan konteks Indonesia. Lalu?

Aku melakukan kompromi. Bagaimana kalau diuji di komunitas G. Merapi. Bukan komunitas yang diuji dengan indikator Twigg, tapi sebaliknya, indikator Twigg disandingkan dengan komunitas G. Merapi yang -dalam beberapa hal- sudah pantas dinilai memiliki ketahanan pada bentuknya sendiri. Dan -yang tidak boleh dilupakan- ketahanan yang "on their own effort". Yah, betul, memusingkan.

Ngomong-ngomong soal indikator seperti Twigg, aku punya jalanku sendiri. Bagiku komunitas yang berketahanan adalah komuntas yang bisa menertawai nasibnya sendiri. Mereka paham pada ke-tidak-menentu-an hidup. Hari ini untung, besok bisa buntung. Semuanya dihadapi dengan tertawa.

Tidak ada komentar: